Cara mengenali Perbedaan Seorang Pemenang dan Pecundang, anda yang mana?

Cara mengenali Perbedaan Seorang Pemenang dan Pecundang, anda yang mana...

Sudah kita sadari bersama, jika pada awalnya kita dilahirkan sebagai  Seorang pemenang (the winner). 

Sungguh betapa mirisnya jika kita masih meragukan ketentuan tersebut. Banyak di kalangan kita, atau bahkan kita sendiri yang masih ragu, jika kita adalah seorang pemenang yang sesungguhnya. 

Namun yang menjadi pertanyaan, apakah kita pasti menang dalam menjalani hidup ini? Jika anda berfikir menang anda akan menang dan jika anda berfikir kalah maka saat itulah anda telah kalah. 

Mungkin jawaban ini akan mewakili pertanyaan tersebut. Pada awalnya kita diciptakan sebagai seorang  pemenang. Tetapi yang menjadi kendala, sanggupkah kita bertanding dengan cara yang terbaik dalam kompetisi kehidupan ini sehingga kita layak dijadikan sebagai seorang pemenang? 

Jika jawabannya sanggup, maka anda akan termasuk salah satu seorang pemenang dari sekian banyak orang yang telah menorehkan namanya dalam tinta sejarah kehidupan ini. 

Jika jawabannya tidak sanggup, maka kemenangan dalam hidup kita akan menjadi simbol belaka, saat itulah anda dinobatkan sebagai pecundang. Tentu ada perbedaan yang sangat signifikan antara pecundang dan seorang pemenang. 

perbedaan itu pula yang akan menjadi tolak ukur setiap manusia untuk lebih mudah mengenal lebih jauh, siapa itu seorang pemenang, dan siapa saja yang termasuk pecundang dalam lingkungan kita. 

Perdedaan Seorang Pemenang Dan Pecundang

Ilustrasi semangatnya seorang pemenang

Pemenang berkata ”akan saya coba” sedangkan pecundang berkata “saya tidak mampu dan itu sangat sulit sekali

Di saat saya kuliah tepatnya saat saya semester 3 kala itu saya mengambil mata kuliah Qawaidhul Fiqhiyah,

Di mana pelajaran itu merupakan pelajaran yang paling tidak disukai oleh hampir mayoritas mahasiswa termasuk saya.

 Alasan kenapa saya tidak menyukainya cukup sederhana, karena dalam pelajaran tersebut kita dituntut untuk menghafal kurang lebih 200 (kaidah). 

Walaupun itu diselesaikan selama satu semester, namun saya orangnya sulit menghafal dan itu merupakan pertama saya menghafal setelah  saya sekolah di Madrasah Ibtidaiyah  kelas Tiga dulu.

Tentu hasilnya mudah kita tebak saya mendapat nilai kurang memuaskan (untuk tidak mengatakan anjlok) saya hanya mampu menghafal hanya delapan kaidah menjelang akhir semester.

Alhasil dosen pengampu mata kuliah, mencoba putar otak. Pada akhirnya beliau mengancam kita dengan nilai, jika hasil hafalan kita tetap tidak membaik maka kita akan mendapat nilai D atau sebaik-baiknya C. 

Dalam kegelisahan, saya diajak diskusi oleh salah satu teman terbaik saya, dia termasuk mahasiswa yang sangat ‘encer’ otaknya untuk menghafal.

Setelah saya selesai menceritakan kondisi saya, dia menjawab dengan sangat sederhana sekali 

“Pada dasarnya saya dan kamu itu sama, saya juga mengalami kesulitan dalam menghafal. Bahkan, saya tidak pernah menghafal, tapi yang saya tanam dalam diri adalah akan saya coba dan saya pasti bisa. Sedangkan kamu lebih fokus pada kesulitan dan selalu berkata ”ini sulit dan saya tidak akan mampu menyelesaikannya” yang akhirnya terbukti hafalanmu benar-benar tidak selesai.”  

Mendengar jawaban tersebut saya mulai sadar, jika kelemahan saya dalam menghafal bukanlah karena saya yang sulit menghafal. 

Tapi, kemauan saya masih kalah dengan kemalasan, dan saya selalu menanam kalimat negatif dalam diri ini. Saat itulah saya menjadi seorang pecundang. Namun di sisa waktu yang ada. 

Saya mulai bangkit, saya tanam dalam diri ini fikiran positif, dan Alhamdulillah saya lulus dan mendapat nilai yang baik (menjadi seorang pemenang).

Dari cerita itu ada beberapa pesan yang ingin saya sampaikan, apa-apa yang anda katakan tentang diri anda, itu akan menjadi diri anda. 

Sekali lagi seorang pemenang akan berkata: “sesuatu itu sulit, tapi mungkin” sedangkan pecundang berkata:“ sesuatu itu mungkin, tapi sulit”.

Pemenang berfikir untuk orang lain sedangkan pecundang berfikir hanya untuk dirinya.

Jika kita berfikir tentang orang lain maka orang lain memikirkan kita. Kita adalah mahluk sosial yang tidak akan mampu hidup sendiri, bahkan sejak kita lahir hingga sekarang, 

Kita selalu membutuhkan tangan orang lain. Jika anda pebisnis tanpa bantuan orang lain bisnis anda tidak akan besar. 

jika anda seorang pemimpin tanpa bantuan anggota/staf anda, anda tidak akan menjadi pemimpin yang besar. 

Apapun profesi anda membutuhkan orang lain. Bagaimanakah supaya kita dapat dibantu dengan baik oleh orang lainsehingga kita bisa menjadi seorang pemenang

Apa yang anda beri untuk orang lain maka itulah yang anda terima, jika kita membantu orang lain dengan sangat baik, maka kita akan dibantu dengan sangat baik pula. 

Jika kita menghina kita akan dihina, jika kita mencintai dengan tulus maka kita akan dicintai. Sebagaimana ketika anda sedang mancing ikan maka yang harus anda lakukan adalah beri apa yang ikan sukai bukan apa yang kita sukai. 

Jika ikan suka cacing maka jangan beri ayam bakar kesukaan anda, tentu akan ditolaknya. Intinya, berikan apa yang orang lain butuhkan maka kebutuhan kita akan terpenuhi.

Jika anda berfikir hanya untuk diri anda sendiri, maka tanpa disadari anda sedang menabung kegagalan, tidak akan ada orang yang mau menjabat tangan anda, 

Tidak akan ada orang yang sudi membantu anda. jika anda enggan menbantu yang lain. hal itu tidak akan dilakukan oleh seorang pemenang

Pemenang akan pantang menyerah sedangkan pecundang tidak mau dengan masalah.

Bukti jika kita hidup adalah masalah, tanpa masalah berarti kita sudah mati. 

Seorang pemenang akan menghadapi masalah dengan lapang dada dan menjadikan sebagai pelajaran untuk naik ke level yang lebih tinggi, 

Tetapi seorang pecundang akan menjadikan masalah sebagai alasan dan selalu berlarut-larut bersama masalah itu.

Banyak sekali orang ingin menjadi seorang pemenang, ingin hidupnya lebih layak dari pada orang lain, ingin karirnya lebih cemerlang dari yang lain, 

Ingin pangkatnya lebih tinggi dengan yang lain, ingin pengaruhnya lebih luas dari yang lain. Tapi hanya duduk di rumah tanpa berbuat apa-apa.

Anda memang diciptakan sebagai seorang pemenang, namun jika anda ingin memenangkan kompetisi besar maka menanglah melawan DIRI ANDA SENDIRI. Ingat!!! Musuh paling kejam di dunia ini adalah diri anda sendiri.

Saya adalah Saya